5 faktor utama kekalahan 5 calbup Indramayu



pemilukada berakhir sudah. Pemenangnya jelas Ana Sophana.Istri Bung Yance, yang dikenal juga dengan gelar tidak resmi : kanjeng . IB belum dapat konfirmasi apakah istri beliau akan menyandang gelar kanjeng ratu, kita tunggu saja. Tapi disini IB tidak akan membahas gelar tersebut, melainkan mencoba menjawab pertanyaan seorang teman yang menanyakan kenapa 5 pesaing ibu Ana Sophana dengan mudah masuk dalam kotak pecundang.
Ana Sophana dengan mudah "memfusokan" 5 pesaing lainnya. Sebenarnya soal ini sudah bisa ditebak jauh sebelum pemilukada dimulai. Bahkan skor telak 6-4 juga sudah bisa diprediksi sebelumnya.Terus pertanyaannya, kenapa calbup tsb dengan mudahnya dikalahkan.Berikut adalah analisa IB ( analisa pribadi,tidak ada kaitannya dengan survey atau penelitian apapun):
  1. Persiapan yang tidak memadai. Untuk menjadi calbup melawan bupati yang sudah "menahun" di Indramayu dibutuhkan jurus yang betul2 mumpuni.Seharusnya para calbup sudah membangun persiapan sejak lima tahun sebelum pemilukada dimulai. Menginvestasikan waktu mereka untuk lebih membumi ditengah masyarakat. Ini bukan persiapan mudah memang. IB bahkan menemukan fakta beberapa calbup sama sekali tidak dikenal oleh sebagian kelompok masyarakat. Sebagian lainnya hanya dikenal sepintas, itupun karena foto mereka yang mempesona tersebar disetiap pelosok desa di masa kampanye.Memasyarakatkan diri dari awal adalah sebuah keniscayaan. Bukan muncul secara insatnt kayak mie rebus dan menebar misi dan visi yang membingungkan. Karena sebagian besar masyarakat IM sebetulnya tidak mengerti dan tidak peduli dengan yang namanya misi dan visi.
  2. Tim Sukses yang lemah dan oportunis .Tim sukses adalah faktor penting dalam sebuah pemilukada, dan mestinya jadi faktor yang krusial. Tapi kenyataan bahwa para calbup tidak memiliki metoda yang jelas dalam memilih tim sukses. Kebanyakan tim sukses hanya direkrut dari "wong dewek". Tim sukses juga hanya diisi oleh mayoritas orang2 oportunis yang tidak mengerti strategi "perang politik". Mereka hanya terbuai harapan : jika calbup jagoan mereka menang, maka mereka akan hidup enak. Fakta yang lebih menyedihkan bahwa sebagian tim sukses bahkan tidak amanah. Mereka bermain pat gulipat terhadap dana pemenangan dari para calbup. sehingga dana pemenangan tidak menyentuh ke akar rumput.
  3. Jaringan yang minimum .Faktor jaringan ini adalah konsekwesi logis dari kedua faktor diatas.Artinya tanpa persiapan dan tim sukses yang kuat, maka tidak akan terbangun jaringan yang kuat. Ini mestinya jadi pertimbangan utama kelima calbup IM tersebut, mengingat lawan yang mereka hadapi memiliki rasio jaringan lebih baik.Membangun jaringan yang kuat dibutuhkan waktu yang lama dan soliditas yang konkrit. Harus diingat, Indramayu terdiri dari lebih dari 30 kecamatan dan lebih dari 300 desa. Tidak mungkin dapat dibangun jaringan yang efektif dalam waktu 6-7 bulan ( mimpi kali yee).
  4. Perangkat Desa yang berfihak .Secara umum, masyarakat desa memvisualisasikan diri mereka berdasarkan hubungan kekerabatan. Pada hampir setiap ajang pilkades, pemenangnya hampir selalu kuwu yang memiliki jumlah kerabat terbanyak.Dalam konteks ini, visi dan misi sedikitpun tidak ada gunanya.Kepala desa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini dan menggiring warga desanya. Artinya, jika ingin mendulang suara di suatu desa, maka kuasai perangkat desanya. Para calbup baru beserta tim sukses mereka tidak memiliki kapabilitas ke arah ini. Mengapa? Seluruh perangkat desa di IM dikuasai oleh pemerintah aktif. Perangkat desa bukan hanya pranala sosial di masyarakat, ia juga telah tumbuh menjadi instrumen politik penguasa. Sejak jaman dulu, perangkat desa "hidup" dalam tekanan penguasa. Jadi mudah ditebak, kalau bupati incumbent sudah memiliki modal dasar dalam perolehan suara disetiap pemilukada.
  5. Kurang Licik .Sebagian atau keseluruhan, proses pemilukada di IM adalah ajang adu licik. Para politisi tahu betul kelicikin adalah salah satu faktor menentukan apakah seorang calbup bisa menang atau tidak. Kelicikan politik sekarang ini malah bukan cuma sebuah strategi, tapi ia telah berkembang menjadi filosofi. Dalam konteks pemilukada IM, 5 calbup jelas kalah licik dalam menjalankan misi pemenangan mereka. Kok kalah licik? Jelas, untuk licik perlu perangkat pendukung seperti ketersediaan komponen komponen pada poin yang telah disebut diatas, selain faktor finansial tentunya.
Tentu analisa diatas cuma asumsi pribadi dan tidak ada hubungannya dengan data apapun. Tapi paling tidak, inilah jawaban paling jujur yang bisa IB katakan ketika ditanya mengapa kelima calbup itu KO.Semoga posting ini bisa menjadi bahan koreksi bagi calbup Indramayu selanjutnya......ok coy?