dunia semakin virtual




Sejak televisi dtemukan, sejak itu dunia berubah pesat.Semakin luas dan penuh warna. Sedikit ironis memang, kita melihat luasnya dunia dari kotak kaca yang sempit. Dari televisi kita melihat dan mengetahui, hampir semua hal. Dari kriminal sampai olah raga, dari selingkuh sampai agama. Dari sejelita tamara, hingga si tukul yang cool. Komplit tiada tara, melebihi ekspektasi yang kita punya, melampaui imajinasi terliar dibenak kita.Tak pelak kitapun jadi bergantung kepadanya.Tiada hari tanpa terlewat dari kehadiran televisi dirumah kita.Bahkan, televisi telah jadi bagian dari anggota keluarga kita,dan pelan tapi pasti, tumbuh jadi pemimpin dirumah kita.Semua yang kita lakukan dan kita inginkan, dibentuk berdasarkan keputusan televisi. Dan tanpa terasa, televisi telah menggeser fikiran dan tata hidup manusia, prilaku dan nilai kehidupan kita. Kita setia,patuh dan rajin menerima doktrin-doktrin lewat durasi penuh warna di televisi.

Sampai kita tidak bisa lagi mencari akar silsilah kemanusiaan kita. Seburuk itukah? Tidak juga.Selama kita masih memiliki kematangan dalam mencerna suguhan virtual, memilahnya seperti seorang ibu memilah gabah dari beras.Tapi bagaimana bagi yang tidak memiliki tampah buat memilah? siapa yang harus bertanggung jawab? Dan berapa banyak saudara kita yang telah menanak dan menyantap hidangannya dengan penuh gabah? Entahlah.Bahkan para pakar menolak menjawabnya.

Televisi membuat kita tertawa, menangis dan marah.Sungguh hebat dunia virtual ini. Kita hanyut dalam spektrum cahaya dan suara.Kita pasrah kemanapun ombak itu hendak menghempaskan kita. Karena kita tidak bisa lagi lepas dari bergantung padanya. Tidakkah kita mempunyai pilihan? tentu kita punya,dan itulah hak yang tersisa dari kita. Tapi coba kau alihkan remote ke stasiun tv selanjutnya. Apa yang kau temukan? Dan apa bedanya.Akupun sering tertawa dihadapan televisi ini, tapi untuk pilihan yang tak sama tapi serupa.Setiap kali aku pindahkan chanel, masih wajah-wajah itu juga yang aku lihat, masih cerita-cerita itu juga yang aku dapat.Sebuah alternatif yang sia-sia.

Televisi telah sangat 'berjasa' membentuk kehidupan dan cara pandang kita terhadap dunia,dan terlebih cara pandang kita terhadap diri sendiri.Kita menilai dan berfikir dengan cara yang diajarkan televisi.Serba virtual.Tak pelak, kitapun jadi makhluk virtual karenanya. Kita ingin tampil seperti televisi menampilkan dirinya.Kita ingin tampil sesempurna tayangan televisi, walaupun kita tahu ( pada awalnya ) itu cuma tipuan mata.Kepatuhan telah membentuk kita menjadi citra yang tidak sesuai antara kulit dan isinya. Bukan hanya mata orang lain yang tertipu karenanya,bahkan yang terburuk adalah kita tidak lagi bisa mengenal diri kita.